Tuesday, April 15, 2014
Nilai IQ Bisa Berubah di Usia Remaja
Nilai IQ Bisa Berubah di Usia Remaja - Tinggi rendahnya tingkat kecerdasan intelligence quotient (IQ) seseorang selama ini dianggap tidak akan berubah seumur hidup. Akan tetapi, untuk pertama kalinya para ilmuwan mengatakan bahwa nilai IQ bisa bertambah atau berkurang di usia remaja.
Dalam jurnal Nature, para ilmuwan dari University College London, Inggris, menyebutkan bahwa IQ seseorang, terutama pada remaja, bisa berubah. Dalam penelitian itu para ilmuwan menguji kecerdasan remaja 19 remaja laki-laki dan 14 remaja putri usia 14 tahun, kemudian dites lagi di usia 18 tahun.
Tes yang dilakukan pada remaja itu merupakan kombinasi pemindaian otak dan tes IQ verbal dan non-verbal yang dilakukan pada tahun 2004 dan diulang pada tahun 2008. Hasilnya, ditemukan perubahan IQ dalam tes verbal pada 39 persen remaja dan nilai IQ spasial reasoning (tes kemampuan) pada 21 persen responden.
Para peneliti mengklaim, tes ini memiliki tingkat validitas yang besar karena untuk pertama kalinya diketahui variasi dalam nilai IQ yang berkorelasi dengan dua area otak yang berbeda.
Peningkatan nilai IQ dalam bidang verbal berhubungan dengan perkembangan kepadatan bagian otak sebelah kiri, yakni area yang aktif ketika seseorang berbicara. Sementara itu, peningkatan nilai IQ non-verbal berkaitan dengan peningkatan kepadatan di anterior cerebellum, yakni area yang berhubungan dengan gerakan tangan.
Dalam laporan penelitiannya, Profesor Cathy Price, ketua peneliti, menjelaskan bahwa hasil riset ini bisa menjadi bukti bahwa potensi kecerdasan seseorang bisa ditingkatkan.
"Selama ini kecerdasan anak-anak cenderung diukur di usia dini, tetapi hasil riset ini menunjukkan bahwa kecerdasan anak masih bisa berkembang. Para pendidik harus berhati-hati agar tidak menyebut seseorang kecerdasannya rendah di usia dini karena faktanya, IQ masih bisa meningkat beberapa tahun kemudian," katanya.
Meski penelitian ini tidak menjelaskan sebab akibat dari peningkatan IQ pada remaja tersebut, para peneliti menjelaskan bahwa kematangan para remaja tersebut mungkin terjadi pada usia yang berbeda.
sumber: KOMPAS.COM
Monday, April 14, 2014
Bocah SMP Tabrak 15 Orang di Makassar
Bocah SMP Tabrak 15 Orang di Makassar - Seorang anak dibawah umur Hadi Reski Ramadhani 14 tahun, menabrak 15 orang ditempat yang berbeda di Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu pagi (28/1).
Tidak ada korban jiwa pada insiden tabrakan mirip dengan Xenia maut di Jakarta. Pengemudi kali ini tidak mengkonsumsi narkoba dan miras. ABG itu menyetir mobil merk Jazz merah dan baru belajar mengemudi dan tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).
“Terjadi insiden tabrakan atas nama pengemudi Hadi Reski Ramadani (14) beralamat Jln A.Tonro Perumahan Griya Penamas blok b no 2, mobil honda jazz DD 175 UG,” tulis laporan singkat resmi elektronik Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polrestabes Makassar.
Laporan Satlantas Polrestabes Makassar menyebutkan mobil tersebut dengan nama pemilik mobil Nadir. Adapun kronologis tabrakan terjadi di tempat yang berbeda. Menurut keterangan dari warga ke petugas Satlatas Polrestabes Makassar, mobil terlibat tabrakan pertama kali di Jalan Baji Gau, dekat SMP 3 Makassar.
Kemudian tabrakan kedua di Jalan cendrawasih dekat Gereja Bukit Zaitun, tabrakan ketiga berlanjut di Jl Dangko di depan kantor redaksi Tribun Timur. Sedangkan tabrakan keempat terjadi di Hartaco dan tabrakan kelima terjadi di Jalan Dg Tata 1, tidak jauh dari kampus UNM Parangtambung. Pada tabrakan terakhir mobil Jazz merah itu tidak bisa menghindari amuk massa hingga hancur.
Saat mobil jazz merah itu diamuk massa, pengemudi berhasil diselamatkan aparat kepolisian Polsekta Panakkukang dibantu satuan lantas Polrestabes Makassar yang berada di lokasi kejadian.
“Untuk pelaku dapat kami selamatkan seusai massa menghancurkan mobil pelaku,” ujar Kapolsekta Tamalate AKP Amran Allobaji saat dikonfirmasi Tribun Timur di lokasi kejadian.
Kapolsekta Tamalate menghimbau kepada orang tua agar tidak memberikan kebebasan untuk mengemudi kendaraan kepada anak di bawah umur dan tidak memiliki SIM. Hal ini dikhawatirkan menyebabkan terjadinya kecelakaan terhadap pengguna jalan.
"Memberikan kendaraan kepada anak dibawah umur sangat membahayakan,” jelas Amran.
Data sementara yang dihimpun petugas kepolisian menyebutkan, korban yang ditabrak total perkiraan sekitar 15 orang. Sebagian korban sudah dibawa ke Rumah Sakit Haji dan Rumah Sakit Bhayangkara dan rumah sakit tidak jauh dari tempat tabrakan.
Berdasarkan penelusuran wartawan, sang pemilik bernama Nadir diketahui adalah karyawan kantor biro Koran Sindo Makassar. Mobil itu dititipkan kepada ayah HR yakni Zainuddin untuk dijual. Namun bocah itu nekad mengemudi mobil itu tanpa sepengetahuan ayahnya saat hendak berangkat ke sekolah.
sumber: http://erabaru.net/top-news/37-news2/29290-anak-smp-tabrak-15-orang-di-makassar
Siapa itu John Kei
Siapa itu John Kei? - Orang-orang di sekitar Anda pasti bertanya, siapa sih Joh Kei itu? Kenapa bisa dia ditembak? Berikut postingan mengenai John Kei.
John Kei atau sering juga orang menyebut dengan John Refra, Jhon Kei merupakan salah satu tokoh pemuda asal maluku yang baru saja di tangkap oleh kepolisia jakarta terkait kasus pembunuhan.
Nama John Refra Kei atau yang biasa disebut John Kei lekat dengan dunia kekerasan ibu kota. Nama pria 40 tahun itu semakin berkibar ketika tokoh pemuda asal Maluku Utara, Basri Sangaji, terbunuh di Hotel Kebayoran Inn, Jakarta Selatan, 12 Oktober 2004.
Padahal, dua tokoh pemuda itu seakan bersaing demi mendapatkan nama lebih besar. Dengan kematian Basri, John Kei nyaris tanpa saingan. Dia bersama kelompoknya malang-melintang di dunia kekerasan Jakarta.
John Kei merupakan pimpinan sebuah himpunan para pemuda asal Pulau Kei di Maluku Tenggara. Mereka berhimpun pasca kerusuhan di Tual, Pulau Kei, Mei 2000. Nama resmi himpunan pemuda itu adalah Angkatan Muda Kei (Amkei). Mereka mengklaim memiliki anggota sekitar 12 ribu orang.
Lewat organisasi tersebut, John mulai mengelola bisnisnya sebagai debt collector alias penagih utang. Usaha itu semakin laris ketika Basri Sangaji, pimpinan kelompok penagih utang lain, tewas. Para klien kelompok Basri mengalihkan ordernya ke kelompok John Kei.
Saat itu banyak yang menduga bahwa terbunuhnya Basri merupakan buntut persaingan dua kelompok penagih utang tersebut. Tudingan semakin kuat ketika di pengadilan terbukti pelaku pembunuhan tersebut tak lain adalah beberapa anak buah John Kei.
Bahkan, pertumpahan darah besar-besaran hampir terjadi tatkala ratusan orang bersenjata parang, panah, pedang, golok, dan celurit berhadapan di Jalan Ampera, Jaksel, persis di depan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, awal Maret 2005.
Saat itu berlangsung sidang pembacaan tuntutan terhadap terdakwa pembunuhan Basri. Beruntung delapan SSK Brimob Polda Metro Jaya bersenjata lengkap dapat mencegah terjadinya bentrokan tersebut.
Sebenarnya, pembunuhan terhadap Basri itu bukan tanpa pangkal. Konon, pembunuhan tersebut bermula dari bentrokan kelompok Basri dengan kelompok John Kei di Diskotek Stadium di kawasan Taman Sari, Jakarta Barat, 2 Maret 2004.
Saat itu, kelompok Basri mendapatkan order untuk menjaga diskotek tersebut, namun mendadak diserbu puluhan anak buah John Key. Dalam penyerbuan itu, dua anak buah Basri yang menjadi petugas sekuriti di diskotek tersebut tewas dan belasan terluka.
Polisi bertindak cepat. Beberapa pelaku ditangkap dan ditahan. Kasusnya disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Namun, 8 Juni pada tahun yang sama, saat sidang mendengarkan saksi-saksi yang dihadiri puluhan anggota kelompok Basri dan John Kei, meletus bentrokan.
Seorang anggota John Kei bernama Walterus Refra Kei alias Semmy Kei terbunuh di ruang pengadilan PN Jakbar. Semmy adalah kakak kandung John Kei. Hal itu diperkirakan menjadi pemicu pembunuhan terhadap Basri, selain persaingan bisnis.
Bukan hanya itu. Pada Juni 2007, aparat Polsek Tebet, Jaksel, juga pernah meminta keterangan John Kei menyusul bentrokan di depan Kantor DPD PDI Perjuangan, Jalan Tebet Raya 46, Jaksel. Kabarnya, bentrokan tersebut terkait dengan penagihan utang yang dilakukan kelompok John Kei terhadap salah seorang kader PDI Perjuangan di kantor itu.
Pada tahun yang sama, kelompok tersebut juga mengamuk di depan Diskotek Hailai, Jakut, hingga memecahkan kaca-kaca di sana tanpa sebab yang jelas.
Sebuah sumber dari seseorang yang pernah berkecimpung di kalangan jasa penagihan utang menyebutkan, Jhon Kei dan kelompoknya meminta komisi 10 persen sampai 80 persen. Persentase dilihat dari besaran tagihan dan lama waktu penunggakan. ”Tapi setiap kelompok biasanya mengambil komisi dari kedua hal itu,” ujar sumber tersebut. Dijelaskannya, kalau kelompok John, Sangaji atau Hercules yang merupakan 3 Besar Debt Collector Ibukota biasanya baru melayani tagihan di atas Rp 500 juta. Menurutnya, jauh sebelum muncul dan merajalelanya ketiga kelompok itu, jasa penagihan utang terbesar dan paling disegani adalah kelompok pimpinan mantan gembong perampok Johny Sembiring, kelompoknya bubar saat Johny Sembiring dibunuh sekelompok orang di persimpangan Matraman Jakarta Timur tahun 1996 lalu.
Kalau kelompok tiga besar itu biasa main besar dengan tagihan di atas Rp 500 juta’an, di bawah itu biasanya dialihkan ke kelompok yang lebih kecil. Persentase komisinya pun dilihat dari lamanya waktu nunggak, semakin lama utang tak terbayar maka semakin besar pula komisinya,” ungkap sumber itu lagi.
Dalam ’dunia persilatan’ Ibukota, khususnya dalam bisnis debt collector ini, kekerasan kerap muncul diantara sesama kelompok penagih utang. Ia mencontohkan pernah terjadi bentrokan berdarah di kawasan Jalan Kemang IV Jaksel pada pertengahan Mei 2002 silam, dimana kelompok Basri Sangaji saat itu sedang menagih seorang pengusaha di rumahnya di kawasan Kemang itu, mendadak sang pengusaha itu menghubungi Hercules yang biasa ’dipakainya’ untuk menagih utang pula. Akibatnya kedua kelompok itu berhadapan di Jalan Kemang IV itu sehingga terjadi bentrokan dan pembunuhan.
”Hercules sempat ditembak beberapa kali, tapi dia hanya luka-luka saja dan bibirnya terluka karena terserempet peluru. Dia sempat menjalani perawatan cukup lama di sebuah rumah sakit di kawasan Kebon Jeruk Jakbar. Beberapa anak buah Hercules juga terluka, tapi dari kelompok Basri seorang anak buahnya terbunuh dan beberapa juga terluka,” tutupnya.
Selain jasa penagihan utang, kelompok Jhon Kei juga bergerak di bidang jasa pengawalan lahan dan tempat. Kelompok Jhon Kei semakin mendapatkan banyak ’klien’ tatkala Basri Sangaji tewas terbunuh dan anggota keloompoknya tercerai berai. Padahal Basri Sangaji bersama kelompoknya memiliki nama besar pula dimana Basri CS pernah dipercaya terpidana kasus pembobol Bank BNI, Adrian Waworunto untuk menarik aset-asetnya. Tersiar kabar, Jamal Sangaji yang masih adik sepupu Basri yang jari-jari tangannya tertebas senjata tajam dalam peristiwa pembunuhan Basri menggantikan posisi Basri sebagai pimpinan dengan dibantu adiknya Ongen Sangaji.
Kelompok Jhon Kei pernah mendapat ’order’ untuk menjaga lahan kosong di kawasan perumahan Permata Buana, Kembangan Jakarta Barat. Namun dalam menjalankan ’tugas’ kelompok ini pernah mendapat serbuan dari kelompok Pendekar Banten yang merupakan bagian dari Persatuan Pendekar Persilatan Seni Budaya Banten Indonesia (PPPSBBI).
Sekedar diketahui, markas dan wilayah kerja mereka sebetulnya di Serang dan areal Provinsi Banten. Kepergian ratusan pendekar Banten itu ke Jakarta untuk menyerbu kelompok Jhon Kei pada 29 Mei 2005 ternyata di luar pengetahuan induk organisasinya. Kelompok penyerbu itu pun belum mengenal seluk-beluk Ibukota.
Akibatnya, seorang anggota Pendekar Banten bernama Jauhari tewas terbunuh dalam bentrokan itu. Selain itu sembilan anggota Pendekar Banten terluka dan 13 mobil dirusak. 3 SSK Brimob PMJ dibantu aparat Polres Jakarta Barat berhasil mengusir kedua kelompok yang bertikai dari areal lahan seluas 5.500 meter persegi di Perum Permata Buana Blok L/4, Kembangan Utara Jakbar. Namun buntut dari kasus ini, Jhon Kei hanya dimintakan keterangannya saja. Sedangkan beberapa anak buah Jhon yang harus menjalani proses hukum dan mendekam di sel tahanan Polda Metro Jaya hingga kasusnya dilimpahkan ke kantor Kejati DKI beberapa bulan berikutnya.
Sebuah sumber dari kalangan ini mengatakan kelompok penjaga lahan seperti kelompok Jhon Kei biasanya menempatkan anggotanya di lahan yang dipersengketakan. Besarnya honor disesuaikan dengan luasnya lahan, siapa pemiliknya, dan siapa lawan yang akan dihadapinya
”Semakin kuat lawan itu, semakin besar pula biaya pengamanannya. Kisaran nominal upahnya, bisa mencapai milyaran rupiah. Perjanjian honor atau upah dibuat antara pemilik lahan atau pihak yang mengklaim lahan itu milikya dengan pihak pengaman. Perjanjian itu bisa termasuk ongkos operasi sehari-hari bisa juga diluarnya, misalnya untuk sebuah lahan sengketa diperlukan 50 orang penjaga maka untuk logistik diperlukan Rp 100 ribu per orang per hari, maka harus disediakan Rp 5 juta/hari atau langsung Rp 150 juta untuk sebulan. Yang jelas upah untuk kepala rombongan atau komandannya lebih besar dari anggota biasa. Dana operasi itu di luar upah kesuksesan kerja atau succes fee yang biasanya dibayarkan ketika sengketa dimenangkan pihak pengorder,” paparnya.
Selain pengamanan lahan sengketa, ada pula pengamanan asset yang diincar pihak lain maupun menjaga lokasi hiburan malam dari ancaman pengunjung yang membikin onar maupun ancaman pemerasan dengan dalih ’jasa pengamanan’ oleh kelompok lain, walau begitu tapi tetap saja mekanisme kerja dan pembayarannya sama dengan pengamanan lahan sengketa.
Itulah sekilas profil John Kei yang sangat terkenal di kalangan warga jakarta tersebut...
Semoga Bermanfaat ^^
sumber: http://kaskus-us.blogspot.com
Subscribe to:
Posts (Atom)